Kepala Ayam atau Ekor Gajah


Ku tekan tombol bel rumahnya tiga kali, bunyinya seperti suara telephon jaman dahulu, berisik membuat telinga ku pengang, apa lagi yang punya rumah yah? Pasti mereka juga terganggu. Beberapa saat berselang seorang wanita tua keluar dari pintu garasi dan bertanya “cari siapa dek?” tanyanya dengan suara halus, akupun menjawab “Tom-nya ada bu? Saya jamil teman kuliahnya bu…” dan wanita tua itu pun menjawab…”Ow adek temannya den Tommy, ayo masuk silahkan tunggu di teras saja dulu, tunggu saja sebentar lagi bia pulang!”. Beliau pun masuk kembali ke dalam rumah. Beberapa saat kemudian keluar sambil membawa secangkir teh manis, “ diminum dahulu airnya dek!”. Karena haus akupun tidak ragu-ragu untuk mulai menenggak the yang ada dicangkir itu sampai kudengar seseorang membunyikan klakson motornya di depan pagar rumah.

Dia memarkirkan motornya di pojok garasi dan membuka helmnya. Sejenak aku hampir tidak mengenali orang yang ada di depanku, ternyata itu Tom. Dandanannya lebih rapih dengan kemeja dengan celana bahan dan yang lebih drastis adalah potongan rambutnya yang sekarang pendek. Berbeda dengan jaman kuliah dulu yang panjang hingga sebahu dengan kaos oblong dan celana jeans robek-robel. Awalnya dia tidak mengenaliku juga sampai dia memakai kacamatanya, dan suasananya pun melebur menjadi sebuah reuni kecil antara dua sahabat yang hampir 3 tahun tidak pernah bertemu. Kemudian dia membawaku ke dalam rumah dan kami pun bercengkrama di ruang tamu. Wanita tua itupun datang lagi spontan tom mencium tangannya, ternyata itu ibunya. Akupun serentak memberikan salam lagi. “Jadi ini sahabatmu waktu kuliah nak?” Tanya ibunya,”bu kalo ngga ada dia aku kayanya ngga akan lulus-lulus bu” jawab tom sambil tertawa lebar. Kamipun melepas tawa sejenak dan meneruskan percakapan di ruang tamu.


Aku disuguhi makan malam di sana, rasanya sudah lama sekali aku tidak duduk di meja makan dan bercakap-cakap dengan keluarga mengenai kegiatan yang dilakukan hari ini. Makanan rumah memang membuat aku rindu pada ibu. Percakapan kami pun terus berlajut hingga tengah malam, ibunya memaksaku untuk bermalam di rumahnya, disaat kamu benar-benar membutuhkan bantuan, selalu saja ada bantuan dari orang yang ada di sekitarmu membuatku bersyukur bertapa beruntungya aku. Ternyata tom sekarang bekerja di pabrik ayahnya yang sudah meninggal setahun yang lalu, “tidak pernah terfikir oleh ku, bahwa sekarang aku menggantikan posisi ayahku di sini, padahal zaman dahulu aku sangat membenci pekerjaan itu, pekerjaan yang membuat ayahku tenggelam dan hampir melupakan keluarganya…” cerita Tom sambil sedikit menghela nafas. Yah… walaupun pabriknya kecil setidaknya aku ridak bekerja pada orang lain, lebih baik jadi kepala ayam daripada menjadi ekor gajah.

No comments:

Post a Comment