Ini Bukan Jaman Siti Nurbaya...


Sore yang cerah ini kuhabiskan di victory st.,menghirup kopi sambil membaca berita keadaan di indonesia melalui internet. Tiba2 kuterdiam begitu membaca sebuah artikel ekonomi. Isi berita itu mengungkit2 nama besar keluargaku. Pikiranku untuk memilih menetap di kota ini atau kembali ke jakarta. Memang beberapa waktu lalu mamaku menyempatkan curhat tentang mulai ambruknya bisnis keluargaku. "Flo,bisnis keluarga kita mulai hancur..." Itulah kalimat yang kuingat belakangan ini.

Mama dan papa berharap aku bisa membantu mereka. Tapi aku gak bisa mengabulkannya. Bisnis papa yang mulai ambruk itu membutuhkan kucuran dana yang tidak sedikit. Namun ada seorang pengusaha muda yang bersedia membantu papa asalkan aku bersedia menjadi istrinya.

Pikiranku kacau,hidupku belakangan ini juga mulai akrab dengan minuman beralkohol dan rokok.Kedekatanku dengan dunia malam belakangan ini membuat hidupku mulai tidak dsiplin.Bangun tidur sesukaku dan itu yang membuatku lebih hancur lagi. Aku sering datang ke pemotretan tidak tepat waktu dan mukaku tampak tidak enak untuk difoto.Beberapa kali aku mendapat surat teguran dari agencyku. Uang yang kumiliki semakin hari semakin menipis, selain karena ambruknya usaha papa, uangku habis untuk kesenanganku sendiri. Hari ini, aku harus merelakan porsche merahku pindah ke tangan orang lain. Ya! Aku jual mobil pemberian papaku sewaktu pertama kali aku tiba di melbourne. Kujual mobil itu tanpa sepengetahuan keluargaku.

No comments:

Post a Comment