Berdiri Dengan Kedua Kakiku...


Berdiri dengan kedua kakiku, mencoba untuk berjalan melewati jalur rel yang kosong, menembus ratusan orang yang ada di depan. Berjalan melawan arah kucoba melihat ke depan, sesekali orang menabrak bahuku membuat tas yang aku bawa jatuh ke pergelangan tangan. Melintasi orang yang memandangku dengan aneh dan dingin, bahkan ada orang yang melihatku dari atas ke bawah seakan-akan aku adalah seorang kriminal yang siap mencuri barang bawaannya, tak heran orang melihatku seperti itu, lusuh, kusam dan mata yang sayu. Hampir tiga hari aku tidak bias tidur dengan lelap. Dengan kaos oblong kusut dan celana jins sobek, aku memang tampak seperti pencopet. Mungkin alasan kenapa dompetku masih ada di kantung celana ini karena mereka beranggapan bahwa aku salah satu dari mereka, tapi yang jelas isi dompetku hanya beberapa lembar uang ribuan lusuh dan KTP saja. Menoleh ke kanan dan kekiri seperti orang yang tersesat, kucoba untuk menutupi pandangan naifku. Ini pertama kalinya aku benar-benar datang ke Jakarta, sekalinya aku datang ke sini bersama teman dan guru adalah untuk karya wisata. Aneh memang kalau kita mengingat masa-masa sekolah dan sekarang aku harus menghadapi realita. Aku harus bias bertahan.

Kulihat bangku kosong dekat kotak tiket. Aku duduk untuk sedikit menghela nafas. Masih pagi tapi antrian tiket tetap saja panjang, melihat orang bergumal karena lamanya antrian sedikit membuatku lega, entah kenapa tapi itu membuatku berfikir, setidaknya aku sekarang tidak diburu oleh waktu. Aku tidak mau menjadi orang yang hanya duduk termenung menerima nasibnya yang tak kunjung berubah. Kubuka isi dompetku dan kuhitung uang yang ada di dalamnya, hanya cukup untuk bertahan sampai akhir minggu ini. Tak sengaja dari setumpuk lembaran bukti tanda pembayaran supermarket, terjatuh secarik kertas yang sudah lama ada dalam dompetku. Kubuka lipatan kertas tersebut, tertera nama sahabat kuliahku dan alamat rumahnya di Jakarta. Mengingat kembali masa-masa kuliah, sangat menyenangkan, dimana aku bisa berdiskusi tentang banyak hal dan bermimpi untuk bisa merubah dunia. Aku memang naïf pada saat itu, tengelam dalam idealisme dan optimisme. Namanya Tommy tapi aku selalu memanggilnya T.O.M. kami memang dekat semasa kuilah dulu, semua suka dan duka kita lalui bersama dan kami satu tim dalam berbagai kegiatan, mulai dari BEM sampai Futsal. Pada saat dia wisuda dia memberikan kertas ini padaku, “ kalo kamu main ke Jakarta jangan lupa mampir kerumahku…!”ujarnya. dia lulus lebih dulu daripadaku. Maklum aku harus cuti kuliah karena orangtuaku tidak bisa membiayai lagi pada saat itu. Rumahnya di daerah Blok M. Bangun dari bangku tempatku duduk kucoba bertanya pada petugas kereta api bagaimana cara pergi ke tempat itu dan akupu dibertahu untuk naik busway karena akan membuatku lebih mudah sampai kesana.

Kukeluarkan uang 3500 rupiah dari dalam kantung celana akupun bergegas masuk kedalam bus setelah setengah jam menunggu. Aku duduk di bangku belakang dekat pintu keluar berselang dua pemberhentian bus pun mulai penuh dan padat. Kulihat didepanku seorang ibu muda dengan seorang bayi mungil didadanya, akupun berdiri dan mempersilahnkannya untuk mengambil tempat dudukku, dia tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Dengan tangan kanan menggantung memegang tiang besi dan kepalaku bersandar pada jendela kaca, aku mulai melihat kendaraan merayap dengan perlahan. Jadi ini macet yang terkenal di ibukota. Mataku sesekali tertidur dan tidak terasa aku sudah sampai di daerah blok M plaza. Aku mulai berjalan dan menaikui jembatan penyebrangan untuk bisa menuju ke sisi yang lain. Kepalaku tertunduk kebawah melihat perutku yang terasa lapar, sambil melihat tali sepatu yang copot aku terjongkok untuk mengikat kembali tali sepatu itu. Sambil menahan lapar aku coba menggabungkan kedua tali yang terlepas tiba-tiba ada seseorang yang menyadung punggungku terasa sakit tapi aku rasa lapar membuatku hanya terdiam dan melanjutkan perjalanan tanpa menghiraukan apa yang terjadi tadi. Aku hanya melangkah dengan muka yang sedikit pucat, pandanganku mulai kabur dan perlahan-lahan pandanganku mulai gelap. Apa yang terjadi dengan kepalaku..?

No comments:

Post a Comment